infolinks

Selasa, 27 Desember 2011

2011 in Cinema - movies scenes mash-up



Dua video diatas adalah karya kreatif dari YouTube yang saya temukan, berupa mash-up atau kumpulan scene film-film tahun 2011 yang disatukan menjadi video yang bisa dibilang sebagai kaleidoskop film tahun ini. Jujur nontonnya lumayan sedih dan merinding, hahaha. 

Kamis, 22 Desember 2011

2011 in TV: Terra Nova, Pan Am, & New Girl

Tidak hanya industri film, pertelevisian pun juga termasuk salah satu hal yang memberikan semarak megah tahun 2011. Fall season merupakan periode yang paling banyak digunakan untuk memulai debut episode atau season baru sebuah serial. Fall season 2011 bisa dibilang paling 'ramai' karena banyak sekali serial baru, saking banyaknya saya rada bingung mau nonton yang mana. Dari sekian banyaknya serial baru, hanya empat yang saya ikuti, ditambah season ketiga dari Glee. 

TERRA NOVA
Terra Nova adalah science-fiction dengan setting awal cerita di tahun 2149. Kala itu, kehidupan di muka bumi berikut eksistensi manusia terancam dikarenakan memburuknya kualitas air dan naiknya populasi manusia yang tidak bisa dibendung. Para ilmuwan akhirnya berhasil membuat semacam lorong waktu untuk mengirim manusia ke 85juta tahun sebelum masa itu, yaitu dunia Terra Nova. 

Yang membuat saya sangat excited dengan Terra Nova pada awalnya adalah nama Steven Spielberg yang 'nampang' di jajaran executive producer. Selain itu premis cerita yang terlihat seru berikut dengan bumbu adventure drama yang kelihatannya bakal terlihat pintar. Tapi sayang, sepertinya Terra Nova masih dihantui bayang-bayang Lost hingga terlihat terlalu banyak mengambil pola cerita sampai petualangan dari Lost. Jujur, saya cuma nonton dua episode pertama, dan tidak lagi tertarik. Buat saya pribadi, tidak ada yang menarik dari Terra Nova ini. Segala hal terasa 'plain' dan menjemukkan. Sorry, Spielberg!
[C]

PAN AM
Pan Am merupakan period drama dari ABC yang berfokus pada aktivitas kerja para pilot dan pramugari di maskapai itu. Nama 'Pan Am' sendiri diambil dari maskapai dengan nama yang sama, yang berhenti beroperasi (kalai tidak salah) dekade yang lalu. 

Untuk menceritakkan plot atau fokus cerita utamanya sendiri agak susah, karena sebetulnya Pan Am memiliki plot yang bercabang tergantung dari masing-masing karakternya, tapi bukan berarti multi-plot. Saya lumayan suka dengan Pan Am ini. Pan Am menyajikkan drama dengan balutan thriller histori yang berlandaskan intrik-intrik sejarah asli pada period itu. Ada juga tambahan 'keseruan' lewat konspirasi dan spionase politik yang menjadi nilai lebih bagi Pan Am ini. Tidak sempurna memang, tapi cukup menghibur.
[B-]

NEW GIRL
Zooey Deschanel akhirnya mampir ke layar televisi. Memulai kiprah aktingnya di pertelevisian lewat New Girl, Zooey membentuk sebuah kesan 'adorkable' pada dirinya dengan memerankan Jess. New Girl berpusat pada kehidupan Jess dengan tiga roommate pria-nya di flat yang sama. 

Nonton New Girl mungkin sedikit mengingatkan saya pada Friends, walaupun tidak se-memorable serial tersebut. Zooey disini memang lucu dengan segala kebodohannya. Tapi karakter 'Schmidt' lah yang menjadi scene-stealer disini. Kadang malah saya berpikir dia lebih lucu daripada karakter yang dimainkan Zooey. New Girl merupakan salah satu serial baru terlucu tahun 2011, tapi buat saya tidak sesempurna yang orang besar-besarkan. Kalau boleh dibilang, New Girl adalah 'the most overrated tv show this year'. Nama Zooey mungkin membantu kali ya. Dan menurut saya, performance Zooey juga tidak terlalu 'wah', walaupun memang lucu dan charming. Diperolehnya 2nominasi untuk Golden Globes adalah sebuah kewajaran. Maklum, Globes terkenal suka sekali 'mengundang' nama-nama baru ke jajaran kategorinya. Zooey masuk, Lea keluar. Kalau kata Mercedes (Glee); "Hell to the no!". Ya, buat saya menghilangnya Lea dari nominasi adalah sebuah snub. Karena jelas Lea Michele jauh lebih baik ketimbang Zooey. Sorry, Jess.
[B-]

Ada satu lagi serial baru fall season lalu yang saya tonton dan baru saja menyelesaikan season pertamanya, yaitu American Horror Story (A-). Ya, AHS adalah serial baru terbaik dan paling saya suka tahun ini. Sama 'candu'-nya seperti True Blood. Saya tidak membahas AHS karena mungkin nanti akan saya buat artikel tersendiri. Selain itu ada juga Glee musim ketiga yang semakin baik dan seru, lebih dari cukup untuk memulihkan kejatuhannya setelah musim kedua yang banyak mengundang kritik tajam.

Jumat, 16 Desember 2011

Golden Globes Nominations Revealed; filled up with some surprises, snubs, & WTF addition.

Akhir tahun, saatnya awards season mengheboh. Golden Globes, salah satu ajang apresiasi perfilman bergengsi, baru saja mengumumkan nominasinya beberapa hari yang lalu. Acara malam pengumuman pemenangnya pun akan berlangsung bulan depan. Diantara banyaknya nama yang mengisi setiap kategori, tidak sedikit yang memberikan segala macam kejutan. Apa saja kejutan itu?

Golden Globes bisa dibilang sebagai oscar whisperer. Hasil dari ajang ini hampir selalu menjadi pedoman orang-orang untuk memprediksi nominasi Oscar yang akan berlangsung tidak jauh hari dari Globes ini. Walaupun kadang saya lebih berpedoman pada beberapa critics awards yang biasanya juga meyakinkan, tetapi sepertinya agak sulit untuk saya memilih ajang mana yang menurut saya akan mirip-mirip dengan Oscar.

2011 buat saya merupakan tahun paling seru. Banyak film bagus dimana-mana, bahkan dari spring season pun, sudah ada beberapa yang terlalu awal dijagokan untuk bisa dipertimbangkan kualitasnya. Sebut saja Source Code, Jane Eyre, hingga film-film festival Sundance. Namun, sepertinya tanggal perilisan masih menjadi tolak ukur untuk mendapat pertimbangan lebih dari ajang-ajang pernghargaan (tidak selalu, Crash yang rilis Mei 2005 berhasil menang Oscar).

Kembali ke bahasan tadi, ya, 2011 adalah tahun dengan banyaknya film bagus sampai sulit untuk saya memilih yang terbaik. Tidak seperti tahun-tahun lalu yang didominasi oleh film-film itu saja sehingga terkesan predictable. Itulah alasan saya untuk berkata bahwa awards season akhir tahun ini agak sengit dan hasilnya pun berbeda-beda.

Dalam nominasi Golden Globes tahun ini, ada yang mengejutkan secara menyenangkan, dan secara menyedihkan. Banyaknya shockers, snubs, dan beberapa nama yang menurut saya tidak pantas cukup membuat Golden Globes kali ini lumayan seru.

Some surprises
1. Ryan Gosling has two nominations, not for Drive
Salah satu hal paling mengejutkan adalah diliriknya Ryan Gosling dalam dua film sekaligus. Tidak heran 2011 adalah tahunnya Gosling, ia bermain dalam tiga film bagus dengan penampilan yang sangat kontras ketiganya; sebagai the man with few words, si ahli kampanye, dan playboy di film blockbusternya. Sangat menyenangkan untuk melihat Gosling pada akhirnya dipertimbangkan oleh HFPA, walaupun agak aneh bukan untuk peran terbaiknya setelah Blue Valentine, yaitu sebagai driver di Drive. Tapi paling tidak kemungkinan Gosling untuk menang tahun ini 2:10, dan terbuka kemungkinan untuk maju ke Oscar race untuk perannya di Ides of March.

2. HFPA love George Clooney
Tahun ini juga bisa dibilang sebagai tahunnya George Clooney, dimana ia membintangi filmnya sendiri di Ides of March, serta perannya yang lain di The Descendants. HFPA sepertinya mencintai Clooney yang loveable ini. Total lima nominasi ia raih, paling tidak pasti satu Golden Globes statue akan ia raih. 

3. Mara, Fassbender, Levitt hit the gap
Ini dia yang paling mengejutkan. Di saat The Girl With The Dragon Tatto dikucilkan dengan alasan terlalu dark dan 'remake', saya tidak peduli. Saat nama Rooney Mara dibacakan, jujur saya sangat terkejut karena dari awal saya sudah tidak terlalu mengharapkan Dragon Tattoo versi Fincher ini untuk mengambil spot di lead actress. Selain itu ada juga Michael Fassbender yang sama halnya seperti Mara, bermain dalam film yang memiliki prospek Oscar agak kecil hanya karena masalah rating. Agak kaget Joseph Gordon Levitt meraih satu nominasi disini, dari awal tidak menyangkan 50/50 akan dipertimbangkan juga.

4. Who run the world? Girls
Kejutan lain datang dari nama-nama wanita yang mempunyai film debut direktorialnya tahun ini. Ada Angelina Jolie dengan In The Land of Blood and Honey yang menyelip dalam nama-nama foreign pictures, walaupun pada dasarnya itu adalah film Amerika dengan bahasa asing. HFPA juga cinta Madonna dengan filmnya W.E. Walaupun bukan untuk bidang utama seperti Best Picture, dll, agak menyenangkan untuk melihat film sang diva ini meraih beberapa nominasi dalam bidang teknikal seperti scoring dan original song.


WTF additions & snubs
1. Owen Wilson #whatthehell
Ini adalah hal yang cukup mengagetkan saya. Di saat Ryan Gosling yang seharusnya duduk di spot supporting actor untuk Crazy, Stupid, Love, Wilson ikutan meraih satu nominasi di kategori yang sama dengan Gosling. Jujur, dari dulu saya tidak terlalu suka sama sebagian besar penampilan Wilson, gak banget. Keikutsertaannya dalam Midnight in Paris pun menurut saya bukan pilihan yang tepat. Oh iya, for me, the most overrated film of this year is: Midnight in Paris.

2. They still love Pixar, & Pixar still spread its poison
Keistimewaan Pixar dalam berkarya tidak bisa ditelak. Studio animasi yang menurut saya paling bagus ini selalu memberikan tontonan dengan imajinasi tinggi serta kualitas mumpuni. Tapi ada satu film yang susah untuk dicintai: Cars. Sebelum sekuelnya keluar, Cars merupakan film pixar dengan tanggapan yang beragam dan 'terburuk'. Lalu mereka buat sekuelnya, sungguh langkah yang bodoh. Sekuelnya sendiri saya tidak suka, ralat, tambah tidak suka. Mungkin 'virus Pixar' masih menjemu hingga sulit untuk melupakan Cars 2. Kalau boleh pilih sendiri, saya akan ganti Cars 2 dengan Winnie The Pooh atau bahkan Rio. Semoga pihak Academy tidak mengulangi hal yang satu ini.

3. No David Fincher. No Dragon Tattoo
Ok mungkin terlalu tinggi untuk mengharapkan Fincher menang Oscar, karena dari awal Oscar buzz untuk Dragon Tattoo tidak setinggi Social Network. Tapi sejauh ini, critics memuji film mutakhir dari fans saya ini. Walaupun Fincher sudah menekankan bahwa "this is another adaption, not a remake from the first adaption", tetapi sepertinya orang-orang sulit mempercayainya. Ekspektasi saya mungkin kelewatan, dari awal saya berharap paling tidak ia dinominasikan di Golden Globes. Hasilnya? Mereka lebih memilih Woody Allen dan filmnya yang overrated itu. (catatan; di saat orang mencap sebuah film overrated, bukan berarti saya berkata film itu buruk)

4. Extremely quiet and incredibly far
Pesan saya untuk David Fincher adalah; better than none. Di saat Dragon Tattoo mendapat dua nominasi, ada satu film rilisan akhir tahun yang menjadi pecundang. Extremely Loud and Incredibly Close arahan Stephen Daldry tidak mendapat apa-apa tahun ini. Film ini merupakan adaptasi buku yang paling saya tunggu dan entah kenapa saya merasa ini akan menjadi sesuatu yang baik. Sayangnya Daldry dicundangi kali ini, dan sulit untuk memprediksi apakah ia bisa maju ke babak Oscar, karena kemungkinan semakin kecil. Dalam 20 tahun terakhir hanya segelintir film yang berhasil maju ke tahap Oscar tanpa menyentuh nominasi Globes. Dari track recordnya sendiri, film-film Daldry sebelumnya selalu diapresiasi Oscar.


5. Shame for Carey Mulligan
Tahun ini Mulligan tampil dalam dua film awards worthy, yaitu Drive dan Shame. Disaat penampilannya dalam Drive kurang digemari, malahan Culligan lebih dipuji dalam Shame. Tapi sayang, sepertinya 2011 bukan tahunnya. HFPA lebih gemar memilih bintang muda atau baru, seperti Shailene Woodley yang dapat satu nominasi pertamanya.

6. While Glee is getting better, they missed it
Glee season two saya akui memiliki banyak kelemahan di sana-sini, banyaknya plot hole sehingga merusak image Glee yang telah terbentuk baik dari season pertamanya. Tetapi season tiga pun hadir, dan semakin membaik. Murphy sepertinya sadar akan kesalahannya dan dengan cepat mengatur dan memperbaikinya. Dari awal saya punya firasat Glee akan dilupakan, dan akhirnya pun ternyata Glee masih memiliki hati bagi HFPA. Tapi, HFPA terlihat bodoh kali ini. Di kategori nominasi TV, HFPA terlihat lebih berpihak pada banyak serial baru hingga melupakan yang lebih berkualitas, seperti Breaking Bad, dll. Pertanyaan saya adalah, dimana Lea Michele? Walaupun kualitas Glee mengalami penurunan, tapi Lea Michele tetap konsisten memberikan sisi komedi dari karakternya yang masih 'gila' dan awards worthy. Dirinya udah pernah dinominasikan dua kali, tidak pernah menang, dan kali ini dilupakan. Mereka lebih memilih si tv newcomer, Zooey Deschanel, yang lovely tapi jauh dibawah kualitas seorang Lea Michele. Secara personal, saya terima dilupakannya Jane Lynch, Chris Colfer, dan  bahkan Naya Rivera. Paling tidak Lynch dan Colfer sudah menang tahun lalu, dan kontribusi mereka di season tiga memang tidak sekental dulu. Naya pun menurut saya cukup pantas untuk paling tidak meraih nominasi berkat penampilannya yang 'pedas', tapi mungkin belum bisa melampaui seorang Colfer. But, it's ok, Murphy. At least you've got the mixed-reviewed American Horror Story among the list.

Jumat, 25 November 2011

[Short Review] THE HELP & CONTAGION (2011)

Sejauh ini ada satu film berensemble cast terbaik yang saya kagumi; The Social Network. Didukung oleh kombinasi cerita, directorial, dan sisi teknikal film lainnya. Hadirnya para aktor yang sebelumnya tidak terlalu dipertimbangkan mengisi jajaran pemain di ensemble cast yang out of ordinary. Alhasil bisa dibilang yang didapat adalah ‘born to be rising star’ bagi semua aktor tersebut yang ikut berperan di departemen akting film David Fincher tersebut. Tahun ini ada banyak film embel-embel ensemble cast of the year, kali ini adalah The Help dan Contagion. Dua film yang termasuk terbaik tahun ini.

THE HELP
Director Tate Taylor Writer Tate Taylor
 Cast Emma Stone, Bryce Dallas Howard, Viola Davis, Octavia Spencer
Distributor Dreamworks SKG Genre Drama, Comedy

Diangkat dari buah pena Kathryn Sockett berjudul sama, The Help mengangkat isu rasialisme di era 1960-an ke dalam balutan drama komedi. Dengan Jackson, Mississippi yang terkenal akan its summer’s heat sebagai settingnya, Skeeter Phelan (Emma Stone) adalah ‘would-be-writer’ kalangan kaya raya dan berbeda dari sebagian teman rasisnya. Pada zaman itu, kaum hitam banyak bekerja sebagai 'maid' atau pembantu. Skeeter  meyakinkan dua maid untuk diam-diam berkerja dengannya dalam penulisan buku mengenai kaum hitam. Penulisan buku itu pun membuka pintu besar bagi perubahan kedua pihak; langkah meraih persamaan rasial, dan juga pencapaian publishing buku tersebut berikut dengan karir si Skeeter sendiri.

The Help mengambil settingan waktu pada masa pergolakan sosial waktu itu. Naskahnya berkonsentrasi pada konflik ‘same but different’ antar dua individu dengan maksud menyederhanakan cerita untuk berikutnya bisa dikembangkan sendiri dalam ruang lingkup yang lebih besar. The Help tidak memiliki jalan cerita yang bersifat lecture berkaitan dengan kesederhanaannya. Kekuatan The Help justru datang dari karakterisasi jajaran cast yang sempurna. Walaupun bukan the real star di sini, Emma Stone dengan baik menekankan semangat seorang wanita sebagai seorang leader (ada hubungannya dengan emansipasi mungkin?). Bryce Dallas Howard sedikit lebih baik sebagai antagonis yang insensitive. Dua scene-stealer adalah Octavia Spencer dan Jessica Chastain yang memberikan unsur komikal dan tetap memiliki adegan kuat tersendiri – misalnya perang pie Hilly vs Minny, saat Minny dipecat karena menggunakan toilet Hilly, dan juga ketika Celia ditolak Hilly, cs. secara menyakitkan. Viola Davis adalah bintang disini, dengan penampilannya yang sangat emosional. Penampilannya yang mendominasi buzz bagi film ini menjadi titik kebingungan; apakah dia leading actress atau hanya sebagai supporting role? The Help merupakan salah satu bintang besar di summer 2011. Dan kemungkinan besar akan maju sebagai frontrunner bidang performances di award season nanti. At least please give Davis another nomination, and I hope for Spencer also. Ingat waktu pertama kali Davis mendapat Oscar buzz karena posisinya sebagai ‘scene-stealer’ di Doubt?

Rate : 1 2 3 4½ 5

CONTAGION
Director Steven Soderbergh Writer Scott Z. Burns
 Cast Matt Damon, Kate Winslet, Jude Law, Marion Cotillard
Distributor Warner Bros. Pictures Genre Drama, Thriller

Contagion memiliki judul yang dengan cepat merasuki dan menyebar di pikiran saya, apa yang akan menular di film ini; entah itu virus penyakit atau hal supernatural mustahil yang biasanya terlihat menjijikkan. Lupakan zombie, alien, atau apakah itu yang ada dipikiran anda, karena Contagion berbicara mengenai instrumen ketakutan baru yang lebih real dan mewabah di 60% belahan bumi. Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow) baru saja pulang dari Hong Kong dan bertemu dengan sang suami, Mitch (Matt Damon) serta dua anaknya di Minneapolis. Beth yang terlihat lemah seketika jatuh di dapur, mulut mengeluarkan busa, dan meninggal dengan cara yang menakutkan. Kematiannya yang disebabkan virus yang diprediksi berasal dari kelelawar mengundang reaksi besar di berbagai negara, setelah virus itu menginfeksi jutaan manusia lainnya.

Contagion punya banyak nama besar didalamnya, selain dua nama diatas, ada juga Kate Winslet, Marion Cotillard, Jude Law, sampai John Hawkes yang tidak menonjol. Sepanjang durasi, Contagion mengalir dengan kecepatan dan konsentrasi yang mengerikan. Ceritanya sendiri dibuat se-real mungkin dengan menambahkan segala teori biologikal rumit dalam pembahasannya. Contagion sedikit membuat saya paranoid akan kebersihan di sarana publik. Contagion juga membangkitkan memori lama akan awal-awal munculnya virus HIV, Ebola, flu babi, etc. yang diselimuti ketidakberdayaan manusia. Ini adalah well-made film yang mendekati sempurna, dengan naskah yang pintar dan penampilan jajaran cast yang baik. Tidak ada yang menonjol disini, semua aktor bermain secara equal sesuai porsinya masing-masing. Definitely one of this year’s bests, and I’m currently considering this to be one of my top10 list later. Satu hal teknikal yang mengundang Oscar buzz lumayan besar adalah scoring ciptaan Cliff Martinez yang merangsang dan buat merinding. Sebelumnya ia juga menangani scoring untuk The Lincoln Lawyer dan Drive.

Rate : 1 2 3 4½ 5

Jumat, 11 November 2011

[Short Review] THE TREE OF LIFE & MELANCHOLIA (2011)

Film art house seringkali menimbulkan penafsiran. To the point, saya bukan pecinta jenis film ini. Film art house pada dasarnya merupakan sebuah karya artistik yang serius, tidak jarang dijadikan eksperimental si sutradara dan tidak dirancang untuk menjadi daya tarik secara umum. Satu hal yang impresif dari pengerjaan kebanyakan art house adalah aspek visual yang indah dan diusahakan sebaik mungkin untuk dialegorikan dengan plot yang ada. Di short review saya ini ada dua film art house tahun ini yang paling banyak mengundang atensi tinggi di kalangan luas, yaitu The Tree of Life dan Melancholia.

THE TREE OF LIFE
Director Terrence Malick Writer Terrence Malick
 Cast Brad Pitt, Jessica Chastain, Hunter McCracken, Sean Penn
Distributor Fox Searchlight Pictures Genre Drama, Arthouse

Menonton The Tree of Life menyebabkan dua hal; mengantuk, atau memaksa kita menelan banyak air karena kehausan. Setelah layar berubah menjadi hitam, secepatnya kata-kata “written and directed by Terrence Malick” muncul, ada dua hal yang terjadi; desahan nafas orang dan keluh syukur orang ‘akhirnya!’. Ada apa dengan film ini? Ada dua pria dalam The Tree of Life yang terpisah zaman; sosok ayah yang keras dan pengontrol, Mr. O’Brien (Brad Pitt), di Texas tahun ’50-an. Pria kedua adalah Jack O’Brien (Sean Penn), sosok dewasa dari putra Mr. O’Brien di masa kini. Dengan dimulainya film, Jack dewasa menciptakan koneksi antara dirinya dengan sang ayah dan keluarga lewat imajinasi atau memori masa kecil, yang diselingi gambar-gambar abstrak terbentuknya jagat raya oleh Terrence Malick.

Saya belum nonton film Malick kecuali ToL ini. Adalah benar kalau Tree of Life agak membosankan seperti yang saya lebih-lebihkan tadi, in a good way. The Tree of Life adalah film yang challenging dan unconvensional, memompa kesanggupan orang untuk bersedia mengikuti sajian-sajian gambar ‘aneh’ bernarasi karya Malick yang tetap solid menyajikan cerita keluarga O’Brien yang touching dan enigmatis. Tidak sekedar main-main dalam ‘membingungkan’ orang lewat semua gambar yang secara kasat mata tidak nyambung sama film, performance yang solid dari para pemain juga baik, khususnya Hunter McCracken. Makna dari film ini terbuka untuk interpretasi, tapi sebaiknya cukup ditonton tanpa perlu men-decode, mentafsir, atau memaksakan pikiran sendiri untuk mencari tahu jawaban dari film yang penuh akan pertanyaan ini. 

Rate : 1 2 3 4 5

MELANCHOLIA
Director Lars von Trier Writer Lars von Trier
 Cast 
Kirsten Dunst, Charlotte Gainsbourg, Alexander Skarsgard, Kiefer Sutherland
Distributor Magnolia Pictures Genre Drama, Arthouse, Sci-Fi

Di saat The Tree of Life berjaya di Cannes tahun lalu dengan merebut Palme d’ Or dan menjadi perbincangan karena sajian visual yang mengagetkan diluar ekspektasi penonton untuk melihat ‘film Brad Pitt’, ada juga Melancholia yang serupa tapi beda dalam bertutur. Kalau The Tree of Life lebih mengaitkan komparasi antara keluarga yang agak bermasalah dengan awal mula terbentuknya jagat raya, Melancholia justru lebih main halus dengan mengaitkan bagaimana bencana jagat raya yang akan segera terjadi di current time bisa mempengaruhi karakter seseorang. Dibintangi oleh Kirsten Dunst, memerankan Justine, yang di sela-sela acara pernikahannya dengan Michael (Alexander Skarsgard) malah merubah keputusannya. Dan berpengaruh kepada sosok sang kakak, Claire (Charlotte Gainsbourg). Film ini bukanlah apocalyptic semacam jenis lainnya yang kebanyakan mengandalkan sense of character’s patriotism, cheesy script, atau aksi pahlawan semacam Bruce Willis.

Melancholia dibagi menjadi dua bagian, Part One: Justine yang menceritakan pernikahan si Justine dan perubahan yang perlahan namun pasti menggerogoti pikirannya. Yang awalnya terlihat senang, hingga terlihat bimbang dan tidak berani bahkan tidak bertanggung jawab akan pernikahannya sendiri. Sedangkan Part Two: Claire lebih menekankan flipping antara Claire dan Justine, dimana Claire yang tadinya tenang berbalik jadi panik akan hari yang mendekati waktu ramalan planet Melancholia akan menabrak bumi. Film dibuka potongan gambar slowmotion yang keren dan ‘bersifat ending’, maksud saya menekankan bahwa akhirnya planet itu memang akan menabrak bumi. Jadi keiistimewaan Lars von Trier disini adalah memanfaatkan planet Melancholia untuk menjerumuskan kedua karakter utamanya ke dalam studi karakter; bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah. Kirsten Dunst bermain baik disini, walaupun Gainsbourg jauh lebih dahsyat. Skarsgard muda (‘Skarsgard tua’ juga turut ambil bagian dalam film) tidak sekedar berfungsi sebagai pelengkap ruang lingkup karakterisasi, karakternya menarik simpati saya dan for a moment membuat saya nge-blame Justine. Jujur saya lebih suka dan tertarik sama Melancholia ini ketimbang ToL, karena penuturannya yang lembut dan pas dibanding Tree of Life yang menurut saya pribadi terlalu hyperbola, but still great.

Rate : 1 2 3 4 5

Sabtu, 22 Oktober 2011

11 Reasons Why I Love TRUE BLOOD

It’s been quite a long time since I wrote a take of tv series, which is Glee, the only tv review I had before this one. The forth season of True Blood just ended one month ago, I knew this show but I barely didn’t know about good thing of why people should grab this one, until the beginning of October I tried to catching up and found the reasons people adore this vamp thing.

The first and only reason of why I really want to know about this show is a lot of accolades this show got so easily. So many, let’s say Golden Globes for the faerie barmaid and its nomination for the show itself but too bad that custom ended early this year when the third season didn’t get crowd pleasers like before. I know why but it still great.

True Blood created by Allan Ball, a fiftysomething guy who previously won Academy for his work; American Beauty, decade ago. He is also a guy who brought HBO to gloryness of watchers and rates through Six Feet Under. Based on Sookie Stackhouse Novel, also known as The Southern Vampire Mysteries by Charlaine Harris. TV version is broadcast on HBO and so far four season has been aired.

True Blood centers on a fictional small town in the state of Louisiana, Bon Temps, where a lot of supernatural thing happens. The main character is Sookie Stackhouse, a twentysomething blonde girl who can be able to read people’s thoughts. She is working as barmaid at local bar own by her shape-shifter friend; Merlotte’s. She falls in love with vampire Bill as she found she can’t hear his mind which strange and make herself more curious about him.

That’s how the first season began. The introduction of complexities of vampire society that leads so many problem towards her and also some doubt of their relationship. The following season tell something more dark about supernatural thing, comes with Greek myth. The good thing is, this season received acclaims more than its precedessor got. The show got more complex in the two season after this.

I hooked on True Blood like crazy, tweeted all this thing and never realized it was this dope. I still have one more episode left to watch, which is the season four finale; “And When I Die”. Despite people’s comment of how the current season not as great as before, I still love this show. Season four get me so emotionally. I have been thinking what I’m gonna do when I see how the finale ends, what toxic I need to get to replace True Blood of hooking me? Why on earth I act very crazy about this?

Quirky dark humor
Case in the point of Lafayatte, unlikely hero of Bon Temps, one idiot brother of Sookie; Jason Stackhouse, and so many satirical headlines like “Angelina Adopts A Vampire Baby”. I don’t know which season I seen the magazine with that line, but I can’t forget it.

Opening title sequence created by Digital Kitchen
Along with catchy song from Jace Everett; Bad Things (I downloaded the clip from YouTube and often play it on my iPad), the opening can be seen in all episodes and really sets the tone of True Blood. As addictive as the show itself. This sequence features images of sex, violence, and religion. From what I read, all frames express how fanaticism of faith and sexuality could make human animalistic.

More gore, more scary, and more sex
Vampire on the shit-Twilight got nothing to do on how to bite, on Vampire Diaries is a bit simple and not intense. But True Bloos’s blood-suckers are more into it. They drain, feed from human like hungry animal, and then do violent sex. Remember when Bill get mad and twist Lorena’s head 180degrees? And some heart rip-off? Scary. And don’t get them wrong about showing plenty of nudity. It has purpose and that is how to set True Blood its dark side. However, the sex scenes are engaging.

You don’t need to see lockers
Both Twilight and Vampire Diaries sets highschool as the place where love between human and vampire happens. Don’t you really sick about chick thing? While two things above centered towards teens, instead True Blood goes in terms of adult themes, along with great story.

Social and political allegories
Pro-contra of vampire presence amplifies the reality of racialism. Their struggle interpreted as allegory for LGBT right. Vampires in True Blood are minority and trying to get equality. Allan Ball is gay, I suddenly remember of how a gay creator would add this case on the show with a good way just like Ryan Murphy did with his musical.

The promo, taglines, merchandises, and icon in it.
“Waiting sucks”, yes it really does. I love the poster, most of it shows its sensuality. I want to buy merchandises, especially Tru Blood drink. And Fangtasia or Merlotte’s bars are iconic.

Southern accent and f-bombs
I don’t know how to describe their accent, I just love it and want to learn how to pronounce words properly, very cool isn’t it? I also love the use of f-bombs. It’s pretty funny word. It can be as expression of surprise, madness, passion, or just ordinary talking.

Interesting characters (great ensemble cast)
How to tell whether an ensemble is great or no? That you can spend times trying to choose your favorite character. Together they encapsulates what the show really is. I like the difference of quirk that each character has. Rutina Wesley as Tara was my favorite, although now she isn’t as sarcastic as she was, she still interesting. I love to see the childlike sense of Jason and Andy’s stubbornness, which always give me pleasure of laugh. Lafayette’s deep voice always comes with his dark humor, and his over-the-top costumes are ridiculous funny. Both Arlene and her cautious side are strangely great. I hate all antagonists, whenever they comes to fill up each season’s conflict I wanna bite them, if only I had fang. Maryann and Lorena are badasses!

The beautifully written story and cliffhanger
The story is mature as in you see naked people. True Blood offers people the good amount of suspense and horror, along with heartbreaking conflict between Sookie and Bill that always happens. I both love and hate endings of each season, which leave me depressing, heartbreaking, and wanting more. I’m so curious about the changes and which direction the show will go. Cliffhanger ending used in almost every episode even each season's finale and leaves me breathtaking. This way ensure audience will return to see how the ending will be resolved on the next. I wish they knew how depressing it does of one year waiting.

The vampires
I think Pam is the strongest. Besides her lesbian and outfit weirdness, she is really standing up to her maker. She would do anything as long as bring goodness to both her and Eric. The depth of her relationship with Eric is really deep. She speak whatever she want. Jessica and Bill comes with their vulnerability. I wanna slap The Queen and Lorena whenever in frame. Eric is a tough viking. Another thing I really admire about True Blood’s vampires is the writers consistent with vampire myth. They can’t sparkle under the sun like Edward does. They can’t do daywalking like in Twilight and Vampire Diaries with their stupid ring. And vampire afraid of silver and wood.

Sookie Stackhouse
I understand the reason Anna Paquin earned Golden Globes. Sookie always running into trouble. She is strong and will do whatever she think right for people she love. She isn’t ordinary blonde girl. She is funny and the biggest scene stealer. It’s kind of miracle that she still alive until now. So many of her relative murdered or disappeared around her, and it never set her down. She is fairy, can pull out strange light from her hand. I’m sure it can be depressing to read people’s thoughts. She fights myth creatures. And she love both Bill and Eric.


There are some missing and unnecessary subplot in season four that left me confused and I thought there was shown only to give promoted role their own story. I still wondering why they missed the fae thing, as a matter of fact season four begins with Sookie trapped in that riduculous land. Ok they didn't missed it, instead they brought one fairy to earth with a silly way. Other unnecessary things are werephanter, the twist returns of Steve Newlin and Rene, unexpected lesbian turned of Tara and her useless girlfriend, etc. I've got no idea where is Sam's feeling to Sookie has been gone? I loved Tommy, he was fit to filled up his storyline with Sam but it was just weird the character got killed. They chose to tell another complex shape-shifter trouble to Sam instead of giving Tommy more. I also loved to see Hoyt and Jessica relationship that never be lasts forever. I'm ok with Debbie shot Tara, I just hope they wouldn't turn her to be zombie, vampire, or ghost. Why so many people got confused of her presumed death? I think whether Eric or Bill will come directly to Sookie (remember they feels Sookie's fear) to feed Tara.

So, whatever your reasons of liking True Blood are, I can agree on one thing: 
This is a f**ckin addictive dope, baby!

Sabtu, 08 Oktober 2011

[Review] DRIVE (2011)

Director Nicolas Winding Refn Writers Hossein Amini
 Cast Ryan Gosling, Carey Mulligan, Albert Brooks, Bryan Cranston
Distributor Film District Genre Action, Crime, Drama, Thriller

Banyak factor yang membuat film bisa jadi menarik dan menaikkan pamor film tersebut. Entah itu dari sisi teknikal promosi seperti poster, trailer, dll, bahkan sampai nama sutradara atau actor di dalamnya. Kali ini factor leading-actor lah yang berperan sebagai factor itu, yaitu Ryan Gosling. Setelah beberapa filmnya yang sebagian besar mendapat critical acclaim berkat penampilannya, kali ini di Drive ia kembali menunjukkan bahwa ia layak dicap sebagai promising actor.

Dari sekian banyaknya festival film yang diadakan per tahun, hanya beberapa yang memiliki prospek berkualitas, sebut saja Toronto Film Festival, Tribeca, Sundance di awal tahun, dan Cannes Film Festival di awal summer season. Di Cannes tahun ini ada beberapa film yang mendapat perhatian lebih, khususnya karena mendapat awards khusus in competition. Empat film paling mengundang perhatian antara lain The Artist dan Melancholia dengan P d’interpretation (best performance), The Tree of Life yang diganjar Palme d’Or (best picture), dan juga Drive dengan Prix de la mise en scene nya (best director). Empat film diatas adalah film-film yang berjaya di Cannes tahun ini dan sukses meraih atensi publik serta kritikus yang nantinya berkemungkinan besar untuk ikut bertarung di awards season, bergabung dengan film-film fall season yang memiliki prospek oscar lebih besar.
 Ryan Gosling bermain sebagai karakter tanpa nama, dengan sebutan ‘Driver’. Driver berkerja sebagai mekanik di garasi milik temannya Shannon (Bryan Cranston). Ia juga melakukan dua part-time job, yaitu sebagai stuntman untuk film seperti adegan car chase, di malam hari ia adalah seorang getaway driver. Shannon memiliki hubungan dengan mafia bernama Bernie Rose (Albert Brooks) yang membayar dirinya atas pembelian mobil balap NASCAR beserta Driver dengan driving skill nya yang baik. Bernie memiliki hubungan dengan Nino (Ron Perlman), yang juga seorang mafia.

Driver hidup sendiri di sebuah low rent apartment. Ia memiliki tetangga bernma Irene (Carey Mulligan), ibu muda yang tinggal berdua bersama sang anak. Driver dan Irene bertemu dan perlahan jadi suka sama suka walaupun in fact Irene sudah mengingatkan bahwa ia mempunyai suami yang berada di penjara. Suaminya, Standard (Oscar Isaac), memiliki hutang dengan seorang mafia dan harus segera melunaskannya dengan ancaman keselamatan Irene dan anaknya. Si Driver pun ikut campur untuk menyelamatkan mereka, sayangnya masalah jadi rumit karena adanya konspirasi yang dilakukan para mafia. 
 Banyak aspek yang membuat saya paling excited dengan film ini. Diluar nama Ryan Gosling yang makin bersinar, aspek promosional film juga mengundang atensi besar saya. Dimulai dari trailer yang lumayan bagus, sampai design poster retro dengan font berwarna pink yang kalau boleh dibilang termasuk poster terbaik tahun ini. Film dibuka dengan opening title yang sangat sederhana dengan font pink seperti di poster, dilanjutkan opening sequence si Driver dalam memperkenalkan dirinya sebagai getaway driver. Dimulai dengan pembicaraan si Driver dalam memberikan instruksi, dalam 20 menit berikutnya tidak banyak bahkan hampir tidak ada line yang diberikan kepada karakter Gosling tersebut. Penonton diperlihatkan sosok Driver yang sangat dingin, menakutkan, sekaligus questionable. Siapa orang ini? Apa latar belakangnya? Saya sangat suka opening sequence Drive ini, salah satu opening film terbaik yang pernah ada. Sebuah muted-sequence yang breathtaking dan memperlihatkan ketelitian seorang Driver.

Nama lain yang memiliki andil besar dalam Drive tidak lain adalah sutradaranya sendiri, yaitu Nicolas Winding Refn. Berkat film ini ia diganjar penghargaan setingkat best director pada Cannes bulan May lalu. Nama Refn dikenal lewat film-filmnya yang kebanyakan bergenre sejenis seperti Valhalla Rising dan Bronson. Belum ada film Refn selain Drive yang pernah saya tonton.  Apa yang menarik dari penyutradaraan Refn? Dari detik pertama Drive saya sudah merasakan jawaban dari pertanyaan disamping. Refn unggul dalam membuat sebuah contemporary film menjadi terlihat beda. Dalam Drive, Refn memberikan sentuhan feel retro dalam berbagai aspek, mulai dari kesederhanaan opening title yang cukup dengan font pink yang sangat hot sampai betapa asiknya ia memberikan mood dari awal sampai penghujung film yang mengingatkan saya akan ’80 noir. Walaupun tidak mencolok, sinematografi dalam Drive adalah nilai plus yang juga membuat mood retronya lebih terasa. Dibantu sinematografer Newton Thomas Sigel, Refn memperlihatkan immersive vision kota Los Angeles lengkap dengan neon eighties dan cara pengambilan gambar yang gampang ditemukan dalam film-film jadul tahun ’80-an. Saya paling suka dengan long-shot yang dipadukan dengan mood calm dan sentuhan efek sudden shift sampai slow motion.

Just as important as its other technical atmosphere, scoring film yang dikerjaan oleh Cliff Martinez, orang yang juga bekerja di film Contagion, sangatlah impresif. Diluar pengambilan gambar yang sangat baik di Drive, scoring beserta soundtrack yang menghiasi banyak scene disinilah yang membangkitkan mood ’80-an paling kental. Kadang saya suka membayangkan gimana ya kalau mereka lebih memilih untuk menggunakan lagu-lagu modern, pasti hilang feel-nya. Baik scoring maupun soundtrack, keduanya menciptakan atmosfir yang sedingin si Driver itu sendiri.

Saya sangat yakin ke depannya Drive akan menjadi sesuatu yang ikonik. Banyak factor yang masuk akal untuk membuat hal ini terjadi, mulai dari mood ’80-an yang kental, long-shot sequence yang masih lekat di ingatan saya, atmosfir retro yang dibangkitkan mulai dari credit title, sampai art direction yang lagi-lagi sangat saya suka. Hal ikonik lainnya? Yang pasti scorpion white satin jacket yang dipakai Gosling sepanjang film, beserta denim jeans tusuk gigi yang tidak kunjung lepas dari mulut sang Driver. I love every single piece in this film, tidak ada satupun adegan yang dibuat sekedar melama-lamakan durasi atau terbilang tidak perlu. Jelas durasi film ini hanyalah sebatas 1jam 30menit. Ada banyak adegan yang sangat memorable dan paling ‘berjiwa’. Favorit saya ialah ending film dimana Irene mengetuk pintu apartemen Driver dan akhirnya pergi dengan tatapan hopeful diikuti shot wajah si Driver, yang menurut saya sangatlah heartbreaking dan strong. Adegan dimana Driver diajak ngobrol seorang former client nya di bar mulai menunjukkan transformasi cold-character nya menjadi ganas, tetap dingin, tapi menakutkan. Favorit saya lainnya tentu saat Driver dengan stuntman mask nya mendatangi Nino dengan tatapan kosong, diiringi lagu soul ’80-an lagi serta slowmotion shot. Saat itu satu hal yang muncul di pikiran saya, this Driver is one of the greatest avenger all the time.

Diluar kesan stylish yang menyelubungi, seperempat jiwa Drive berada dalam tangan Ryan Gosling. Saya yakin dari panjangnya film ini, tidak lebih dari 50 lines diberikan pada dirinya. Gosling bermain sangat baik disini, ketimbang memainkan kata-kata, ia lebih memilih untuk membangkitkan jiwa seorang Driver lewat mimik muka dan bahasa tubuh yang quiet dan calm. Sekalinya ia menunjukkan sisi gelap yang ia timbun dalam dirinya, jujur sangatlah menakutkan. Bukannya berlebihan, tapi the way he look through his eyes is really mesmerizing.  Driver adalah karakter yang misterius, hanya berbicara kalau penting saja. Ryan Gosling menunjukkan kualitas acting yang sangat baik. No doubt this dude is one of the finest actor today. His consistency is remarkable, as is his range and taste of roles. Setelah menonton film-film terbaiknya, Ryan Gosling terbukti adalah salah satu actor muda terbaik di era ini. Dimulai dari peran Jewish kid di The Believer yang dulu tidak sedikit menamai dirinya sebagai best newcomer, dalam Half Nelson sebagai drug addict teacher yang sukses menganugerahi dirinya the first and only Oscar nod, sampai performances nya yang kelewatan underrated seperti Lars and the Real Girl dan Blue Valentine. Untuk tahun ini saja ada tiga film mainstream bagi dirinya dan saya masih nunggu untuk nonton dua lainnya.

Jangan banyak berharap kalau mengira Drive adalah film seperti Fast and Furious atau film balapan mobil lainnya. Drive sepenuhnya berbicara mengenai revenge, dibalut love story yang charming. Momen romantis dalam film ini dipenuhi oleh adegan kalem antara Irene dan Driver yang sangat manis. Tidak berlebihan dan tidak segitu mudahnya untuk dilupakan. Beberapa artikel mempersalahkan adanya lack of characterization of Driver yang tidak menceritakan background kehidupannya. Namun bagi saya malah bagus dan lebih menimbulkan kesan misterius yang memberikan kesan mendalam. Supporting cast film ini juga baik sama halnya seperti aspek lainnya. Saya agak terpaku pada Carey Mulligan yang bermain sangat sweet sebagai Irene, Christina Hendricks yang walaupun muncul sebentar tapi bisa dibilang sebagai scene-stealer.  Albert Brooks paling mengundang perhatian, sebagai villain yang kelihatan baik namun sebenarnya ruthless, lebih dari seorang Nino yang diperankan Ron Perlman. Agak kasihan sama karakternya Bryan Cranston gak tahu kenapa. Oscar Isaac juga bermain baik, padahal awalnya saya kira bakal memberikan sentuhan jealousy.
Talking point... 
Susah untuk tidak menyukai film ini. Drive adalah film action/gangster/neo-noir yang mencekam sekaligus mempesona dari awal sampai akhir, dan dibuat sempurna tanpa ‘nila setitik’. Ditopang penampilan si one-in-a-million, Ryan Gosling.

Rate :
1  2  3  4  5

Minggu, 25 September 2011

Is That Cool to be Bullies?

This article is clearly not about movie. I'm not gonna talk about a movie which is discuss bullying theme. What I'm gonna discuss now is my respond about suicide of a boy that just happened last week in America. He is Jamey Rodemeyer, 13-years boy who committed suicide after being bullied.

Each fall nowadays, as the students return to school, bullying issue makes the news again. It is usually related to tragic suffering of minority kid with no power to defend. Despite the age of bullies, still, bullying isn't just a cruel but also a crime.

Who was Jamey Rodemeyer? Jamey was just ordinary boy, not ordinary, lots of difference he once had. He wasn't 'masculine' in physically way. He don't do sports, he don't like 'manly stuff' others likes. He was into Lady Gaga. He said she was his hero. Gaga's music made him more rigid as the time goes by, due to bullying he always get in school. Ya, he was kind of nerd guy I guess. 

People didn't like him. Not because his attittude. I'm pretty sure he was trying to be so nice to others, but too bad no one give him a value. I don't know for how long or for how many years he already suffered for this. But what I heard from news, he reportedly was bullied with gay slurs for more than a year. Gay? Was Jamey a gay? Ya, he was. Four months ago, precisely on May, Jamey uploaded a 2-minutes video that describes the suffering he had been through for a long time. The video was uploaded to YouTube by the project that filters so many people who want to share their expression, compassion, even their belief of life. The project well-known as "It Gets Better". Jamey is one of those people. The purpose of this project is to give a hope. To those people who joins this project, it means they convinced theirself to be strong and don't give a shit to everyone else's evil words. So, why did Jamey changed his mind to took his own life? 
Yes, he changed. After the video uploaded in cyber-space, Jamey got so many rude respond of his sexuality. People intimidated him, I bet they were people in the same school. I'm pretty sure Jamey only felt his hope he got from "It Gets Better" for a little time, and then, intimidation flood on his soul. Though he found solaces in internet, like Formspring, Twitter, and Blog, apparently it didn't get any better. His friends and anti-gay people in school then started to bullied him in different space, which is cyber-space. Oh-my-god, you bullied him in real-life, and then it wasn't satisfied you? Not enough to make you laughing a lot? I feels like I wanna punch them all until now, even though they already apologised and Jamey's family forgave them. The cruelest words was headed to Jamey's Formspring, Among the messages left were :

  • "Kill your self!!!! You have nothing left!"
  • "Listen to us, you're a bad person, you don't belong here, jump off a bridge or something!"
  • "Go kill yourself, you're worthless, ugly and don't have a point to live."

Ya, it was his Formspring that attracted the most hurtfull feeling. He was very active on the social media networking, lets say Twitter and Tumblr (did I already say that?). If I were him, I would be as upset as Jamey was. Can you imagine how painful Jamey felt? I'm not trying to be so dramatic. This news just upset me down. I just saw his Twitter account, and scrolled it down to see his tweets. The account dominated with his expression of being bullied. Some of them were :

  • "You make me so proud when I'm getting bullied"
  • "Already started school and they're already making fun of me again"

The last tweet of him were took time on Sept 18. 2011, the same day he took his own life. He mentioned @ladygaga on his last tweet :
  • "@ladygaga bye mother monster, thank you for all you have done, paws up forever"

Can you still imagine how bad it was for him? After then, he committed to suicide. America is shaking, Buffalo in particular. I don't know what way he chose to did his suicide, but one source says that the body found outside his house. 

I forgot to tell you, I found this news from my friend in Chicago. He was not really give attention to this, but its funny I am the who who turned very excessive to respond this story. Because of this, I searched the same cases and I found some. My biggest attention goes to Ryan Halligan, was 13-years old boy who committed suicide after being bullied in both real-life and cyber-space.

He took his own life in October 7. 2003 by hanging himself on bathroom. He was born in December 18. 1989, in New York City. Sometimes I wish his family weren't decided to move to Essex Junction, Vermont. Ya, there was the city Ryan passed his short life. He attended Albert D. Lawton Middle School and there were the story began. Ryan's interest just as the same as Jamey Rodemeyer was. He was not good at sports, he was really into arts and kind of pop music, he wasn't 'manly' at all like everyone elses think what is the truly definition of that word. He was very sensitive guy, as his father describes himself. People in the school saw Ryan as the target of their mischief. The fact that he was a bit different to the most boys made the others thought that he is gay, although the real fact he wasn't. The bullies continued their behaviour for almost two years and I guess Ryan kept to be strong as the time goes by. 
In December 2002, Ryan asked his father to buy him a boxing set for Christmas gift and his request was fulfilled. After that, Ryan and John Halligan, his dad, took basement as the practice place, and they did the routine practice for 2hours every night. And then Ryan got defending ability, John told him not to use his boxing skill for hatred, but just in case if somebody disturb him. It worked, for a little time. Ryan had a fight with the bullies and it was ended by school staff. Following the fight, Ryan confessed that he and the bullies were became a friends. It was just a trick. The bullies were still kept their need to do bullying. 

During the summer of 2003 Ryan was getting bullied again, in cyber-space. John told media that his son were spending much time on social networking like Aol Messenger and some other thing. Then for the first time he were being cyberbullied, and in school also. John found out his son once ran out from school with tears. Ryan had a crush with popular girl named Ashley and they were doing chat regularly. But apparently she was also a mean. Ashley pretended to be like him but later in school he humilliated him with some friends and shouted "loser" to Ryan. 

The following time, he begun to communicating with cyberspace friend and they were exchanging some information about how to painlessly suicide. He also browsing some source in internet that taught the same thing about suicide. The climax took time on October 7. 2003 when everybody elses were sleeping and John dissapeared to work. His sister went to the bathroom and found his body hanging in there. There were plenty of suicides cases like this. Megan Meier committed suicide after being cyberbullied on MySpace. Phoebe Prince also died because of suicide after being harassed and bullied with the fact she dated popular guy. How silly was that?!

I've been asking to those bullies, what is the point to bully? To satisfy you? It is obviously none of your business to interrupt other's  weakness or the minority. With you push someone on the hallway or into lockers, or shout some painful words directly in front of someone face, would it make you feel mighty and better? Does bullying give people an advantage? Hell to the no. The exact reason of bullies to do that is to making fun of people. They must be think how it feels not only in their side, but in their target mind. People who bullied Jamey Rodemeyer, Ryan Halligan, and the others should be held accountable for their actions, their hates, and all harm they have caused. Very difficult to answer if everyone were asking "who is to blame?" or "who should be arrested?". The age of the bullies is a factor in what police cannot do and make it a lawsuit, than definitely can be so hard to get. The most heartbreaking words comes from John Halligan mouth, which are: "Nothing can ever bring back our Ryan. Nothing will ever heal our broken hearts". I really hope to those bullies who still making fun of this out there, please stop it. Very sad about Jamey who took his life because being teased about his sexuality. Sexuality is a choice and not a sin, and not fun to laugh at it. I told my mother about Jamey, and the thing that shocked her out wasn't the bullying case nor why did a innocent boy ended his life bravely. What my mom asked; "How can he turned into gay? Why he loved boys?". Sorry to say, doesn't mean to be brash, but her mindset of sexuality is as same as dumb people's way of thinking. Please give them your respect if you don't want case like this come to you. Whether you be the victim or the suspect, I don't know. 
All of these suicide and cyberbullying issue has been received international attention. Once you, the bullies, come to the TV screen, no one would give you a respect. Instead, the hatred they will punch to your mind just like the same as you did. Please, find your maturity and be perceptive. 

Source :