infolinks

Rabu, 13 April 2011

[Review] HEREAFTER (2010)

"What do you think happens when we die"
Director :
Clint Eastwood

Cast :
Matt Damon
Cecile de France
Frankie McLaren
Bryce Dallas Howard
Rebekah Staton

Distributor :
Warner Bros. Pictures

Genre :
Drama, Supernatural









Adalah sebuah fakta kekal bagi umat manusia bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan yang fana ini. Kematian pada hakekatnya merupakan hal universal yang pasti akan dialami seseorang suatu saat nanti. Satu pertanyaan yang mungkin timbul di benak semua orang; apa yang akan kita alami setelah mati nanti? Dari sudut pandang agama pastinya mempercayakan penganutnya masing-masing bahwa hanya terdapat dua pintu yang akan seseorang masuki setelah mati nanti, neraka dan surga. Diluar kepercayaan agamawi yang meyakini hal tersebut, tidak sedikit kepercayaan lainnya yang memiliki pendapat dan argumentasi sendiri mengenai kehidupan setelah kematian atau afterlife. Setahu saya masih ada sebuah keyakinan yang meyakini bahwa tidak ada dunia lain selain bumi yang akan ditempati manusia, melainkan kehampaan yang akan dihadapi. Diluar perbedaan argumentasi yang saling bersinggungan tersebut, kematian atau afterlife adalah premis sederhana yang coba diangkat oleh aktor sekaligus sutradara, Clint Eastwood. Memulai karirnya sebagai aktor yang berhasil menaikkan kiprahnya hingga meraih status aktor berprestasi, empat puluh tahun belakangan ini Clint Eastwood membelokkan arah karirnya di belakang layar. Mencoba pengalaman baru, 1971 adalah debutnya sebagai sutradara lewat Play Misty For Me. Mendapat banyak respon positif dari banyak kalangan, Eastwood semakin melebarkan karir penyutradaraannya sehingga banyak penghargaan diraihnya, termasuk Oscar. Tidak melupakan karir awalnya, Eastwood tetap setia meneruskan perjalanan seni perannya lewat beberapa film termasuk filmnya sendiri, sebut saja Million Dollar Baby yang berhasil menganugerahinya sebagai sutradara terbaik.
Hereafter menceritakan tiga kisah dari tiga t
okoh beda negara yang tidak saling kenal dan sama-sama sedang menghadapi persoalan mengenai afterlife. Dimulai dari seorang wanita Prancis, Marie Lelay (Cecile De France), jurnalis yang sedang bertugas di Thailand bersama suaminya. Di pagi yang cerah pesisir pantai tempatnya menginap diterjang gelombang tsunami dan mengakibatkan dirinya ikut terseret arus tsunami tersebut. Kejadian yang mengakibatkan dirinya mengalami mati suri atau near-death-experience tersebut cukup mengguncang pikirannya sehingga ia harus mengalami cuti pekerjaan sementara dan membuat dirinya menggali banyak informasi tentang afterlife. Tokoh kedua adalah George Lonegan (Matt Damon), seorang pria dari San Fransisco yang berusaha untuk mengabaikan kemampuan sixth-sense nya. Ia ingin hidup normal tanpa diganggu oleh kelainan yang dimilikinya itu. Dan yang terakhir adalah si kembar Marcus (Frankie McLaren) dan Jason (George McLaren) yang hidup bersama ibu mereka yang single-mother. Suatu saat Jason mengalami kecelakaan yang berujung pada kematian. Peristiwa naas yang sangat mengguncang pribadi Marcus tersebut membuat dirinya mencari tahu hal-hal mengenai kematian, karena dirinya merasa kehilangan dan masih ingin bertemu dengan saudara terdekatnya tersebut.Clint Eastwood, salah satu tokoh terbaik yang dimiliki Hollywood. Karya penyutradaraannya tidak diragukan lagi, begitu juga dengan karirnya sebagai aktor. Mengangkat premis sederhana untuk ditelaah lebih lanjut, Hereafter bisa digolongkan sebagai drama humanis; berdasarkan fakta universal mengenai kemanusiaan. Mungkin karena banyaknya perbedaan pemikiran mengenai persoalan kematian ini, agak susah untuk mengatakan film ini berinti pada hal keagamaan, atau hal ketuhanan. Dilihat dari track-recordnya, Eastwood terbilang sangat baik dalam mengangkat persoalan-persoalan humanis ke dalam sebuah drama. Berbagai hal coba ia digali dalam-dalam mengenai arti sebuah kehidupan dan hal-hal lainnya yang saling berkaitan. Kali ini lewat Hereafter, dirinya mencoba mengeksplor hal yang agak berbeda dan mungkin bersifat sensitif bagi sebagian besar kalangan. Tidak sembarang menyusun alur cerita, Eastwood terbilang pintar dalam memodifikasi dan menggabungkan hal fiksi dan non-fiksi. Beberapa peristiwa-peristiwa penting coba ia masukkan sebagai inspirasi sehingga cerita terasa agak nyata dan kuat. Peristiwa tersebut antara lain 'London Tube Bombing', tragedi pengeboman yang dilakukan teroris pada tahun 2005 lalu yang menjadikan transportasi umum sebagai sasaran serangan mereka. Hal yang sangat mengagetkan dan mengguncang Inggris bahkan seluruh dunia tersebut diselipkan Eastwood ke dalam adegan yang dialami oleh Marcus. Peristiwa lain yang sangat lekat di pikiran saya adalah adegan pembuka Hereafter yang memperlihatkan peristiwa tsunami di Thailand. Adegan yang mungkin saja diinspirasi dari bencana tsunami Aceh tujuh tahun tersebut sangatlah singkat, inilah alasan mengapa sampai sekarang saya masih mempertanyakan kemunculan Hereafter di jajaran nominasi Oscar awal tahun ini untuk Best Visual Effect. Ya, walaupun pada akhirnya piala tersebut harus jatuh ke Inception, tapi sangat disayangkan Hereafter bisa disamakan dengan kedua kompetitornya. Selain terbilang singkat, hanya adegan pembuka itulah yang menjadi perhatian para juri sehingga menyelipkannya ke dalam nominasi. Padahal masih banyak film lain yang memiliki porsi visual efek yang lebih berkualitas dan menyenangkan, sebut saja Tron: Legacy atau Narnia 3. Oke, mungkin hal yang masih menjadi pro-kontra tersebut tidak usah terlalu dipikirkan lebih lanjut. Bagaimana dengan filmnya sendiri? Eastwood terbilang baik dalam membuka menit- demi menit pertama Hereafter. Segala hal yang mendasari seluruh cerita ia tuturkan di awal cerita. Tapi sayangnya hal tersebut tidak akan berlangsung lama karena setelah sekitar dua puluh menit awal cerita akan terasa sedikit membosankan. Walaupun mengatur alur cerita sedemikian rapi dengan transisi penceritaan karakter secara teratur, Cecile ke George ke Marcus, saya merasakan adanya kelemahan besar yang timbul dari pendalaman karakter begitu pula dengan naskahnya. Pendalaman karakter dibuat terlampau datar, tidak terjadi ekslorisasi yang baik mengenai hal afterlife yang dihadapi ketiga tokoh. Dengan premis yang ditawarkan, seharusnya ada pengembangan lebih jauh mengenai hal utama yang menjadi pokok pikiran dari cerita. Sayangnya yang ditonjolkan dari semua karakter adalah aktivitas demi aktivitas yang mereka lakukan. Tema afterlife dihadirkan sangat lemah, terasa hanya numpang lewat untuk mewarnai tiap manit aktivitas yang dijalani ketiga tokoh. Justru menurut saya unsur terbesar yang menjadi tujuan utama Hereafter adalah takdir. Bagaimana ketiga tokoh tersebut mencari jawaban apa yang akan mereka hadapi ke depannya, paska fakta tak diharapkan yang menimpa mereka. Dan juga bagaimana mereka mengarungi gelombang misteri, hingga pada akhirnya mereka sampai di dermaga yang sama dan bertemu satu sama lain; yaitu London Bookfair (akhir cerita) yang merupakan takdir dari cerita ini. Penampilan ketiga aktor tidak mengecewakan, walaupun tetap saja datar sama halnya seperti lemahnya naskah cerita. Hereafter adalah kali keduanya Matt Damon (Bourne Ultimatum, True Grit) berkolaborasi dengan Eastwood, setelah sebelumnya sukses dengan Invictus. Nama tenar Matt Damon pun tidak sanggup melonjakkan kualitas Hereafter yang beberapa waktu lalu diboikot di Jepang karena memiliki konten tsunami seperti yang baru saja dialami negara tersebut.
Talking point...
Secara keseluruhan, Hereafter tidak sepenuhnya mengecewakan. Masih bisa dikategorikan sebagai drama humanis walaupun unsur utama yang awalnya digembor-gemborkan tidak dieksekusi dengan pintar. Diluar bakat penyutradaraan Eastwood yang sudah banyak diakui, ia gagal dalam menciptakan sebuah drama inspiratif hingga akhirnya hanyalah tanda tanya yang ditawarkan di penghujung cerita.

Rate :
3 out of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar