infolinks

Jumat, 15 April 2011

[Review] THE LINCOLN LAWYER (2011)

"I checked the list of people I trust and your name ain’t on it"
Director :
Brad Furman

Cast :
Matthew McConaughey
Ryan Phillippe
Marisa Tomei
William H. Macy
John Leguizamo

Distributor :
Lionsgate Films

Genre :
Thriller, Crime











Hukum, satu unsur terpenting dalam suatu negara yang mengatur segala tata cara maupun aktivitas yang dilakukan semua orang yang menjadi bagian negara tersebut. Hukum pada hakekatnya adalah sebuah norma yang dipergunakan untuk memisahkan mana yang baik dan benar, dan kemudian menindak lebih lanjut bagi siapa saja yang memiliki keterkaitan dengan aktivitas hukum tersebut, misalnya pengadilan bagi pelanggar di pengadilan. Apakah anda tahu apa saja yang dilakukan pengadilan dalam melakukan peradilan?

Nah kali ini Brad Furman (The Take) mengangkat persoalan ini kedalam sebuah crime-thriller The Lincoln Lawyer. Film yang ditulis naskahnya oleh John Romano yang sebelumnya telah menangani naskah film Nights in Rodanthe ini diadaptasi dari novel dengan judul sama buah pena Michael Connelly. The Lincoln Lawyer bukanlah novel pertama Connelly yang dibuat versi motion picture-nya, sembilan tahun lalu novelnya yang berjudul The Blood Work diangkat ke layar lebar dengan bintang Clint Eastwood. Film ini dibintangi oleh Matthew McConaughey, aktor yang mengawali karirnya sembilan belas tahun lalu dan terus berkembang karir seni perannya lewat beberapa jenis film diantaranya yang terkenal adalah A Time To Kill. Terpilihnya McCounaughey di film ini ternyata memang sudah diinginkan oleh penulis novelnya sendiri, Michael Connelly mengaku sudah mengincar aktor tersebut dari tahun 2008 lalu sejak penampilannya di Tropic Thunder.
Michael McConaughey berperan sebagai Mick Haller, seorang pengacara muda berpenampilan menarik yang memiliki kemampuan handal berkaitan dengan menangani kasus-kasus hukum. Menjalani hari-harinya sebagai pengacara, Mick kemana-mana menggunakan mobil klasik Lincoln Continental bersama sang supir, Earl (Laurence Mason), dan biasanya di-backing oleh geng motor yang beberapa anggotanya kadang meminta bantuan Mick berkaitan mengenai hukum. Di mobil tuanya tersebut, Mick biasa mengerjakan beberapa tugasnya selagi di dalam perjalanan, karena itu isi mobil tersebut terlihat sangat berantakan. Mick bukanlah pengacara biasa, ia memiliki kemampuan cerdik dan licik dalam mengatasi masalah kliennya dalam mencapai keberhasilan kasus, tidak peduli apakah itu benar atau tidak. Sebagian besar kliennya adalah pelaku kriminal, bahkan beberapa diantaranya merupakan kalangan atas yang tidak segan-segan memakai Mick dengan bayaran mahal.

Tapi jangan salah, Mick bukanlah pengacara pengasihan orang jahat. Pembelaan akan dilakukannya apabila ia dibayar dengan jumlah besar ataupun sesuai yang diinginkannya. Kelakuan Mick inilah yang menyebabkan sang istri, Maggie McPherson (Marisa Tomei), rela menceraikan Mick karena pemikirannya yang bertolak belakang dengan pekerjaan Maggie sebagai jaksa penuntut umum. Walaupun didera masalah perceraian, keduanya tetap menjalin hubungan dan komunikasi yang baik layaknya pasangan suami istri, dan sama-sama membesarkan buah hati satu-satunya. Eits, semua hal diatas bukanlah sajian utama film ini. Kemampuan Mick diuji saat datang sebuah tawaran pada dirinya untuk mendampingi seorang anak kaya raya, Louis Roulet (Ryan Philippe), yang ditangkap atas tuduhan penganiayaan fisik terhadap seorang PSK. Kasus yang awalnya dianggap mudah oleh Mick semakin rumit ketika dirinya dihadapkan oleh banyak pertanyaan besar akan keganjilan yang ditemukan dalam diri Louis. Louis yang terlihat innocent tersebut ternyata menyimpan banyak fakta yang tidak ia sebutkan dan malah membahayakn nyawa Mick. Konsistensi Mick dalam prinsip terdahulunya pun diuji.

Pada awalnya tidak ada satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk mau nonton film yang satu ini. Apalagi dengan kondisi perbioskopan Indonesia yang kosong melompong akan film Hollywood ini, harapan untuk nonton film-film luar pun tidak sebesar tahun lalu. Tetapi kemudian saya menjadi sangat tertarik berhubung dengan diterimanya banyak respon positif bagi The Lincoln Lawyer, dan pada akhirnya harapan saya dikabulkan dengan masuknya film ini ke Indonesia, ya bisa dibilang untung-untungan karena film ini hak distribusinya tidak dipegang oleh anggota MPAA. Kembali ke topik film ini, The Lincoln Lawyer menawarkan sebuah tema yang sifatnya keras dan tinggi, yaitu hukum. Jangan terlalu banyak mengkhawatirkan film ini adalah sebuah tontonan yang berat, tidak usah berpikir terlalu tinggi untuk menikmati film ini. Itulah hal yang saya sukai dengan perjalanan cerita di film ini. Mungkin tema hukum yang dijadikan pedoman berjalannya film ini bukanlah hal yang mudah dilakukan untuk dirombak menjadi versi film. Dibutuhkan banyak penyesuaian untuk merangkum sebegitu tebalnya sebuah novel hingga dirubah menjadi naskah film, sebuah versi yang memiliki keterbatasan dalam hal durasi.

Untungnya John Romano selaku penulis naskah melakukan kerja yang baik dalam merangkai cerita The Lincoln Lawyer. Alur cerita berhasil dirangkai dengan tempo yang seimbang, tidak membosankan, dan tidak melupakan harapan banyak orang untuk mau ikut banyak berpikir mengenai apa yang terjadi dalam cerita. Naskah cerita asli diminimalisir dengan baik tanpa meninggalkan banyak unsur penting dalam film, walaupun saya tidak membaca filmnya tapi saya yakin perasaan yang timbul pada diri saya adalah benar. Sekitar dua puluh menit pertama kita tidak langsung dihadapkan pada topik permasalahan utama yang dihadapi Mick. Film terlebih dahulu memperkenalkan siapa sih Mick itu. Sosok Mick diperkenalkan dengan cara yang sangat mengasyikkan, sebagaimana asyik pekerjaan Mick yang dipenuhi oleh beribu kelicikkan pria tersebut demi uang. Sisi personal Mick dieksplorisasi sangat tajam, begitu pula lika-liku Mick dalam menjalani pekerjaannya yang disuguhkan dengan jelas.

Pendalaman karakter terhadap karakter ini tidak akan berjalan semulus kenyataan apabila tidak diperankan oleh Matthew McConaughey. Memang dari awal saya agak kaget dan ragu mengenai kemunculan pria ini sebagai tokoh sentral, dan tidak ketinggalan mendapat respon positif karena penampilannya itu. Ternyata memang benar, McConaughey bermain dengan baik di film ini. Lupakan aksi-aksi pria yang satu ini di beberapa film komedi maupun romantis, karena dengan film ini kita akan seketika melupakan siapa McConaughey sebenarnya. Ia adalah nyawa film ini, ia sendiri yang membentuk rangkaian cerita menjadi sebuah tontonan menarik. Semua itu tercipta tidak lain berkat kharisma yang ia pancarkan sepanjang durasi film, ya, ia adalah 'tiang tumpuan' bagi fondasi The Lincoln Lawyer. Ia sanggup memancarkan sisi dilematis dalam dirinya saat timbul sebuah kenyataan yang menyebabkan pergoyakkan pemikiran dan faham dalam diri Mick. Aspek moral, itulah satu hal penting yang kemudian muncul seketika dalam personal seorang Mick. Beberapa karakter pendukung juga bermain dengan baik, walaupun tidak sesempurna apa yang dilakukan oleh tokoh utama. Bahkan sisi kharismatik seorang Mick berhasil menggeser ke-playboy-an karakter yang diperankan oleh Ryan Phillipe. Tidak ketinggalan , saya juga suka sinematografi yang dimiliki The Lincoln Lawyer. Terutama opening credit yang berjalan dengan alunan musik retro sehingga menambah intensitas penasaran saya, dan juga mengawali kemulusan jalannya cerita. Kesan retro semakin kuat dengan pengambilan gambar yang memperlihatkan sudut-sudut kota yang dijadikan setting The Lincoln Lawyer.

Talking point...
118 menit bukanlah durasi yang panjang bagi The Lincoln Lawyer. Waktu yang sebenarnya terbilang panjang tersebut terbayar dengan mulusnya jalan cerita yang penuh dengan misteri menjebak penuh keganjilan yang juga mengajak penonton untuk ikut berkontribusi di dalamnya. Kharisma penuh pesona Matthew McConaughey berhasil membuat The Lincoln Lawyer menjadi film yang cukup baik.

Rate :
3.5 out of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar