infolinks

Selasa, 07 Juni 2011

[Top List Update] BEST MOVIE - 2010

Mungkin yang suka baca blog saya bingung melihat postingan film terbaik tahun 2010 yang sering banget saya post ulang. Mmmm ini sih kali ketiganya saya ulang lagi ngepost top list film terbaik tahun lalu. Keputusan saya sangat beralasan, dari sebegitu banyak film-film yang bertebaran di suatu tahun, yang disini adalah 2010, masih ada banyak yang belum saya tonton, anda juga kan?. Nah, kebetulan dan untungnya, beberapa film akhirnya saya tonton. Tapi untuk re-post list saya yang satu ini, sebenernya semuanya udah saya tonton dari tahun lalu atau bisa dibilang memang udah saya tonton sebelum saya ngepost top list pertama saya di bulan januari lalu. Soo alasan paling tepat untuk saya kali ini adalah, setelah saya nonton ulang beberapa film bagus taun lalu, ternyata banyak yang merubah pikiran saya untuk kembali merombak list saya dulu. Repost top list udah saya lakukan beberapa bulan lalu, tapi hanya saya tambahkan The Fighter dan ngedit sedikit worst list. Selain itu, alasan yang lain adalah, saya ngerasa postingan saya kayaknya 'gersang' aja gitu, nggak kreatif dikit hahaha jadi saya tambahin sedikit opini saya disini.

Oiya, mungkin jumlah top list saya agak berbeda dari biasanya, yaitu 15. Posisi 11-15 bukan untuk sekedar embel-embel tambahan atau honorable mention. Tetapi memang saya agak susah untuk menyusutkan list dengan jumlah 10 film. Berhubung tahun lalu lumayan banyak film-film bagus, jadi saya agak susah gitu milihnya hehehe. Soo, berikut film terbaik bagi saya, dimulai dari posisi #15.

Dimulai dari film animasi. Yap, Despicable Me adalah salah satu film terbaik tahun lalu yang saya tonton. Mungkin beberapa tahun belakangan ini (bagi saya) agak sulit untuk menemukan film animasi yang emang pure maksa saya buat ketawa, dan kali ini ada Despicable Me yang (bagi saya lagi) surprisingly-funny. Jujur, awalnya saya nggak berminat nonton nih kartun. Karena berhubung terlalu banyak film kartun dengan animasi semacam ini seperti Monsters vs Aliens atau Planet 51 yang sangat teramat mengecewakan. And then, saya coba untuk nonton, ternyata keren! Satu hal yang paling menarik disini adalah minions dan juga orang2 yang mengisi suara di semua karakter. Tidak hanya dari segi komedia ataupun visualnya, naskah yang ditawarkan pun terbilang unggul dan terbukti menyentuh (yang berhubungan dengan kekeluargaan). Kalau mau dibilang (bagi saya), ketawa saya lebih parah pas nonton ini drpd Toy Story 3.

The Kids Are All Right adalah film yang jarang ada dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, bahkan kayaknya di dekade belakangan ini lumayan susah untuk menemukan film semacam ini. Dengan masalah keluarga yang diangkat, film ini tidak hanya main-main dalam mendramatisasi naskah yang ada. Dibalut dengan unsur komedi yang terlihat sangat nyata dan natural, layaknya kebanyakan keluarga yang pernah kita lihat, emosi kita akan terombang-ambing dalam campuran momen-momen yang sangat beragam disini. Faktor lain yang menjadi keunggulan TKAAR adalah suasana yang tergambar disini. Nggak tau kenapa enak aja gitu nontonnya, misalnya saat family dinner, dll. Oiya, tadinya saya masukkin nih film dalam top ten list, tapi setelah nonton dua kali nggak tau kenapa ada feeling yang hilang dari pikiran saya mengenai komedi drama yang satu ini.

Satu film lagi yang saya geser dari sepuluh besar, Buried. I'm sorry, Reynolds, beberapa film terpaksa harus saya jadikan pengganti filmmu! Well, Buried tetep aja nggak bisa pergi dari otak saya. Salah satu thriller paling menegangkan tahun 2010. Udah pernah nonton Phone Booth? Pasti nggak asing lagi dengan film yang satu ini. Walau tidak sehebat Phone Booth dalam menyampaikan isi cerita berikut dibalut satir yang sangat ngena ke orang-orang, Buried sangat ampuh dalam menguji adrenalin saya cukup dengan satu aktor dan satu peti mati. Ryan Reynolds makin lama makin terlihat kemajuannya, tidak diam di situ-situ saja seperti kebanyakan aktor kelas B. Masuk ke dalam A-list-actor? Bagi saya memang pantas.

Untuk kesekian kali perfilman Hollywood me-remake film international keren dengan sangat baik dan terbukti mampu menyamai film aslinya. Kali ini Let Me In, yang diremake sekaligus diadaptasi dari karya dari Eropa. Faktor utama saya pertama kali untuk nonton ini, jujur, Chloe Moretz. Dan remake yang satu ini, harus saya akui, agak sedikit lebih unggul dari yang asli. Saya lebih suka penggambaran sosok Eli/Abby yang dilakukan Chloe, lebih misterius dan kalem. 

Black Swan adalah salah satu film paling 'menakutkan' sekaligus 'menggelikan' tahun lalu. Menakutkan, maksud saya bukannya takut karena film ini serem. Melainkan obsesi dari karakter utama di film ini yang sangat teramat menakutkan. Menggelikan, bukannya karena jijik akan jalan ceritanya, melainkan adanya beberapa scene yang agak disturbing disini. Semuanya dibalut dengan sangat rapi oleh Darren Aronofsky lewat penampilan Natalie Portman yang sangat istimewa (walaupun ada kabar bahwa sebagian besar karakter portman dilakukan oleh body-double nya). Berkat sinematografi yang sangat membantu mengangkat emosi kita, dan juga scoring yang kelam dan membuat kesan menakutkan, Black Swan adalah thriller psikologi, yang lagi-lagi harus saya kategorikan sebagai 'jarang ditemukan'.

Ayo, lupakan Kung Fu Panda. Yap, animasi jagoan DreamWorks tersebut harus rela direbut posisinya oleh How To Train Your Dragon, yang juga anaknya DreamWorks. Saya sendiri sudah baca bukunya, yang sangat kocak dan buat saya ketawa terbahak-bahak. Berbeda dengan versi buku, filmnya sendiri tampil begitu mempesona dengan momen-momen indah dan cantik yang dibalut dengan visual animasi yang menawan dan termasuk ke dalam visual animasi terbaik yang pernah ada. Momen-momen persahabatan Hiccup dan Night Furry adalah nilai plus untuk film ini. Sebagai kontender animasi terbaik di banyak ajang termasuk Oscar (bahkan scoringnya juga dapet nominasi, secara yang racik si Hans Zimmer), animasi adaptasi ini layak disandingkan dengan Toy Story 3 dan film Pixar lainnya. Oiya, cerita yang di film mengalami banyak sekali perubahan dari bukunya sendiri. Nama Night Furry sebenarnya adalah Toothless.

Ben Affleck, tampil sebagai karakter utama di The Town dan juga merangkap sebagai orang utama yang mengarahkan terbentuknya action thriller terbaik tahun lalu. Dengan track-record dirinya yang sangat beragam. Pernah dicaci maki kritikus karena beberapa penampilan di film-film yang katanya jelek tapi sebagian masih saya katakan biasa aja ah. Bertolak belakang dengan nasibnya itu, ia sukses dengan karir sutradaranya dengan mengarahkan Gone Baby Gone dan kali ini The Town. Dengan naskah adaptasi yang bagus, Affleck sangat berhasil dalam merangkai plotline dengan rapi dan mendebarkan berkat adegan-adegan aksi yang disusun dengan baik. Tidak dilupakan juga sisi dramatisasi yang merupakan tema utama film ini yang tidak berlebihan. Dengan kapabilitas seorang Affleck dalam mengambil dua posisi, dan juga berkat kemampuan mengagumkan dari para pemain, The Town adalah action-thriller yang bersatu padu dengan kesuksesan ensemble cast berikut multiple-role si Affleck sendiri.

Woohoo, Danny Boyle kembali. Namanya jelas tidak asing berkat Slumdog Millionaire yang sukses di tahun 2009 lalu. Kalau anda suka Slumdog pasti bakal suka dengan film ini. 127 Hours sebenernya memiliki dasar cerita yang kalo dibaca sekilas terlihat biasa dan agak umum, menilik keberadaan Phone Booth, Buried, bahkan Devil ditahun yang sama. Tapi pas saya nonton, 127 Hours memiliki perbedaan yang sangat jauh dari semua film tadi. Danny Boyle dan James Franco adalah duo utama bagi film ini. Boyle berhasil dengan kinerja nya mengarahkan filmnya sendiri, sedangkan Franco menghidupkan film ini sehingga terasa 'nyala' lewat embel-embel halusinasi yang mengangkat kesederhanaan premis cerita. Franco bermain dengan penuh responsibel, menanggung semua hal yang mungkin dilimpahkan ke dirinya dan harus dia lakukan semaksimam mungkin. Editing dan scoring 127 Hours mungkin agak mirip dengan slumdog. Kalau boleh memilih, editing 127 Hours sedikit lebih ampuh menghidupkan suasana dibanding kompetitor lainnya di Oscar.

The Fighter adalah salah satu film yang paling mengadu emosi saya saat nonton. Dan film ini adalah filmnya Christian Bale, bukan Wahlberg. Bukan berarti Wahlberg main jelek dan Bale bisa menimpanya karena ia lebih baik, bukan. Tapi Bale membuktikan totalitas aktingnya yang sangat maju tahun demi tahun dan klimaksnya di The Fighter saat dirinya diganjat oscar. Tidak hanya itu, film ini memiliki ensemble-cast sempurna. Semuanya tampil sangat kuat, memompa dan menaikkan tensi drama yang mengharukan berikut menegangkan. Momen-momen indah nan emosional  nya pun berhasil membuat saya menyukai film ini. But, mmm, bagi saya Amy Adams tampil lebih menyala dibanding Melissa Leo yang juga sangat tajam keberadaannya.

Saya nonton Blue Valentine dua kali, dan harus setuju dengan sebuah artikel di TotalFilm yang menyatakan best actor harus disematkan dalam diri seorang Ryan Gosling (walaupun di lubuk hati saya yang lebih dalam lagi mengatakan "Jesse Eisenberg"). Dan untuk best picture sendiri, seharusnya Blue Valentine termasuk ke dalam sepuluh besar itu. Screw The King's Speech! Sama seperti Brokeback Mountain, film ini juga memaparkan bagaimana penderitaan dari hubungan yang menemukan jalan buntu. Bagaimana cara menghadapinya dengan benar, penuh tanggung jawab, dan bijak? Semuanya digambarkan oleh sosok Gosling yang bermain sangat amat jujur layaknya kehidupan nyata. Penggambaran sisi dilematis dilakukan dengan ajaib dan sempurna olehnya. Segala momen didramatisasi begitu baik dengan editing yang agak confusing tapi ternyata adalah salah satu jiwa dari film ini sendiri.

Memasuki top five, saya mulai dengan Easy A! Woohoo, Emma Stone! Pernah nonton Mean Girls? Pasti nggak asing sama yang satu ini. Komedi kocak yang dipenuhi dengan dialog-dialog brillian yang harus didengarkan semua orang khususnya anak-anak sekolahan. Dan anda tau Juno? Pasti suka juga dengan Easy A. Emma Stone adalah nyawa film ini, memaparkan kehidupannya di sekolah, sebenarnya yang ia lakukan adalah menyampaikan pesan-pesan bijak kepada kita. Dialog-dialog satir yang kayaknya lebih ngena ke anak-anak amerika dimanfaatkan dengan smart oleh Emma Stone untuk menunjukkan keistimewaannya dalam berakting, tanpa memerlukan peran serius yang kayaknya banyak orang pikir sebagai peran yang 'lebih oscar'. Sindiran utama Easy A mungkin adalah, apapun yang kita lakukan, mau orang ngomong apa ya bodo amat. Mau lo hamil di luar nikah, mau lo bintang porno, mau lo suka banget sama sex bebas, ya itu urusan lo, dan kalo lo menemukan orang seperti itu disekitar lo, ya itu bukan urusan lo dan jangan ikut campur. Mungkin contoh disamping sulit untuk diterima di negeri ini dan harusnya saya pake contoh yang lebih lembut, tapi sepertinya contoh disamping emang lebih ngena ke orang2 yang suka ikut campur, apalagi di Indonesia seperti *oops* FPI.

Nolan did it again, yap, again. Nolan adalah sutradara papan atas berotak papan atas yang kalau kita lihat track-recordnya pasti susah bagi kita untuk menemukan film sampahnya. Tidak ada. Nolan dikenal berkat kejeniusannya dalam membuat naskah cerita dan suntingan film yang smart dan pemaparan cerita yang sedetail-detailnya. Kali ini ia membuktikan kredibilitasnya dalam meramu jamuannya yang tidak asing lewat Inception, yang mungkin lebih rumit. Butuh dua kali nonton bagi saya untuk mengerti jalan ceritanya, dan tiga kali nonton untuk menyukainya. Nolan memukau saya dalam caranya memblender otak saya dan menyematkan kebingungan dalam otak saya untuk bisa berpikir dengan baik. Inception menegaskan bahwa tidak hanya film itu sendiri yang harus pintar dan cermat, tapi penonton sendiri harus lebih pintar dalam menyaksikan sebuah karya, yang disini adalah karya Nolan. Beruntung Inception punya jajaran pemain yang sangat keren (nggak usah saya sebutin satu2, kalo nggak tau ya kebangetan). Once again, screw the king's speech. Screw tom hooper!

Kick-Ass adalah film paling berani dan 'membahayakan' tahun lalu. Tema superhero yang dibawakan sekali lagi berbeda dengan kebanyakan film sejenis. Tampil dengan kesadisan yang bener-bener sadis tapi sangat saya sukai, semuanya diracik dengan sangat fun!. Jarang-jarang ada film seperti ini. Premis from-zero-to-hero ditekankan dengan sangat buka-bukaan dan lugas, berikut juga premis mengenai superhero tidak harus punya supernatural-ability, melainkan kemampuan yang harus diasah sebaik mungkin maka kita bisa menjadi superhero tersebut. Satu karakter yang mencuri perhatian saya, Chloe Moretz. Agak disayangkan memang si Kick-Ass nya sendiri agak ketutup sama HitGirl. Bukannya simpati yang saya rasakan pada si HitGirl yang tidak selayaknya jadi gitu, tapi saya rasanya pengen dia beraksi lebih kejam, kejam, dan kejam. Kick-Ass membuat tahun 2010 lebih berwarna dan lebih bervariasi.

Toy Story 3 adalah film terbaik yang sejauh ini pernah ditunjukkan Pixar ke mata publik. Digampar label 'animasi terbaik sepanjang masa' bahkan layak juga bagi Toy Story 3. Sebagai titik akhir dari installment Toy Story, franchise ini tumbuh semakin dewasa. Mungkin Toy Story 3 bisa dibilang tidak terlalu ngena untuk ditonton anak kecil, maksud saya bukannya film ini tidak baik bagi anak kecil, melainkan banyaknya pesan-pesan yang coba diberikan kepada kita yang sudah dewasa. TS3 pun tampil lebih berwarna dan lebih bergenre sebagai sebuah adventure. Tidak hanya itu, kisah perjalanan Andy's Toys berakhir dengan sangat menyentuh disini. Sebuah tema universal yang diangkat berhasil disandingkan dengan quotes/pesan yang ada, misalnya tentang bertumbuh dewasa. Dalam mengalami pertumbuhan atau mungkin saat kita telah tumbuh dewasa, sudah seharusnya kita semakin berubah, tidak hanya dewasa fisik semata, melainkan dewasa didalam. Oiya jangan pernah ngebuang mainan waktu kecil, karena menurut saya, lagian ngapain coba dibuang, kayaknya lebih bermakna aja gitu kalo kita simpen dan suatu saat kita liat2 lagi untuk sekedar memorabilia masa lalu, ya kan? 

Sangat susah untuk memilih mana yang terbaik antara Toy Story 3 dan film arahan David Fincher paling mutakhir ini. And well, berhubung faktor diri saya sebagai fans fincher, ahahaha, dengan sangat bijak saya menempatkan The Social Network di posisi pertama. Kalau dibilang sebagai masterpiece seorang Fincher, agak sulit juga, karena sekali lagi agak sulit untuk saya untuk memilih mana yang lebih baik dari TSN dan Fight Club. Ada kalanya saya menyanjung-nyanjung sebuah karya, memberinya nilai yang bagus, tapi tidak berarti akan menyukainya. Tapi ada yang berbeda dari seorang David Fincher, karya-karyanya sangat mudah untuk disanjung dan juga disukai. TSN tampil sangat mewah. Mewah? Naskah pintar, akting pintar nan 'bacot' dari seorang Jesse Eisenberg sebagai si pembuat facebook, editing dan sinematografi yang sangat menawan dan berkelas, dan semuanya bersatu padu dan semakin seru berkat scoring yang diisi Trent Reznor, komposer langganan si Fincher. Jesse Eisenberg mungkin akan menjadi the next christian bale ke depannya, yap, dari kualitas aktingnya sangat terlihat masa depan yang sangat menjanjikan. Hahaha mungkin agak menggelikkan bahasa saya, tapi itulah kenyataan. Oiya seperti yang saya katakan di awal artikel tadi, faktor saya merombak top list saya adalah karena telah beberapa kali nonton film2 yang ada di list saya. Dan yang paling sering saya tonton adalah The Social Network, tidak bohong, sudah lebih dari lima kali dan nggak pernah bosen :)


Honorable Mentions :
1. Shutter Island (see this if you like The Others)
2. Scott Pilgrim vs The World (see this if you like Kick-Ass)
3. Rapunzel (see this if you like Princess and The Frog)
4. Salt
5. Knight and Day 
6. The A-Team (see this if you like Mission: Impossible)
7. You Again (see this if you like Easy A & Glee)
8. Hachiko: A Dog's Tale
9. Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief
10. Monsters
11. Date Night (see this if you like Pineapple Express)
12. Daybreakers
13. Iron Man 2 
14. Somewhere
15. Flipped

Worst List :
1. Predators
2. The Romantics
3. Legion
4. Bounty Hunter
5. Splice
6. Vampires Suck
7. The Last Airbender
8. Piranha 3D
9. Twilight Saga: Eclipse
10. The Warrior's Way

Tidak ada komentar:

Posting Komentar