infolinks

Selasa, 03 Mei 2011

[Review] WAITING FOR FOREVER (2011)

"What you believe to be true is everything."
Director :
James Keach


Cast :

Tom Sturridge
Rachel Bilson
Scott Mechlowicz

Richard Jenkins

Blythe Danner


Distributor :

Freestyle Releasing


Genre :

Romance










Hubungan yang terjalin di masa seseorang menginjak masa remaja atau bahkan anak-anak sekalipun mungkin adalah suatu pengalaman yang pasti tidak bisa dilupakan, entah itu hubungan pertemanan, antar keluarga, maupun cinta monyet kali ya hahaha. Suatu hal memorable yang mungkin tidak bisa dilupakan sebegitu mudah sampai kapanpun bagi satu atau lebih pihak. Itulah segelintir penggambaran tentang apa yang nantinya akan dieksplor lebih lanjut dalam Waiting For Forever. Hmmm dibilang film independen, saya juga nggak tahu pasti, tapi yang jelas menurut sumber film yang rilis di awal tahun ini hanya diputar di empat teater di AS.

Ya daripada bingung kategorikan saja Waiting for Forever ke dalam lingkup 'film kecil-kecilan'. Oke maksud 'kecil-kecilan' disini tidak berarti merujuk pada seberapa besar kualitas film, baca sampe part tiga aja artikel ini aja baru menarik kesimpulan, hehehe. Kecil-kecilan yang saya maksud adalah, Waiting for Forever didukung oleh beberapa bintang yang namanya memang belum terlalu bersinar dan kebetulan hanya sedikit dari mereka yang saya tahu. Sebut saja sang sutradara, yaitu James Keach, yang ternyata lebih banyak main film sebagai aktor super-pembantu dibanding menjalankan karir penyutradaraannya. Mungkin Blind Dating (2006) lah film arahannya yang (agak) terkenal, saya sih juga belum tonton. Di divisi akting ada Tom Sturridge dan Rachel Bilson yang memimpin jalannya cerita. R-Pattz' BFF, Sturridge, sebelumnya, menurut sumber yg saya baca, lumayan sering 'melengkapi' jajaran cast di beberapa film, misalnya Pirate Radio. Rachel Bilson sendiri namanya sih lebih tenar berkat perannya dalam serial tv The O.C (2003-2007). Oiya ngomongin poster, itu kenapa ya si Bilson kayak ngehindar, harusnya bisa dibuat agak deket dikit lah, oke nggak penting.
Will Donner (Tom Sturridge) dan Emma Twist (Rachel Bilson) adalah sepasang sahabat sewaktu kecil. Hubungan mereka yang sangat dekat itu bisa dibuktikan dari aktivitas mereka sehari-hari yang hampir selalu main bareng, dll. Jiwa si Will kecil mendadak bergejolak saat orangtuanya meninggal akibat kecelakaan kereta api yang mereka tumpangi. Memiliki seorang kakak sepertinya tidak berguna bagi Will karena hanya Emma lah yang sanggup menguatkan dan memberikan ketegaran bagi Will. Persahabatan masa kecil nyatanya tidak mereka lanjutkan terus menerus, Emma dan Will berpisah.

Kini Emma dikenal sebagai seorang wanita karir yang berprofesi sebagai host acara televisi. Sedangkan Will hanyalah seorang homeless yang tidak memiliki pekerjaan tetap, walaupun kakaknya yang seorang banker hidup lebih mapan di kota yang dulu ia tempati. Walau telah lama berpisah, nyatanya Will masih punya sebuah perasaan pada his precious thing, Emma. Bahkan Will terus menerus membuntuti Emma kemanapun dia pergi, hingga akhirnya berhasil bertemu saat Emma sedang berkunjung ke kota asal mereka karena ayahnya yang sedang sakit. Past memories kembali terbuka dalam diri mereka, dan Will kembali berusaha melakukan 'reuni' terhadap momen-momen terpenting dalam hidupnya, dan dalam konteks yang sekarang berbeda; cinta.
Apakah kualitas film ini sama 'kecil'nya seperti orang-orang yang terlibat dalam film? Oke mungkin itu hanya opini saya dan harus saya rubah sedikit, toh ada si peraih noms oscar ikut main disini, Richard Jenkins. Diluar banyak review atau kritikkan negatif terhadap film ini, nyatanya saya masih bisa menikmati film yang satu ini. Dengan premis kisah romantis yang terbilang sederhana, Waiting for Forever terbukti sanggup memanfaatkan kesederhanaan tersebut dengan memberikan atmosfir cerita yang likeable. Naskahnya sendiri lumayan baik, dimana kisah cerita dirangkai lebih kompleks, tidak seperti film romantis kebanyakan apalagi yang berpusat pada cinta monyet atau apalah itu. Cerita mengalir dengan rangkaian yang baik, tanpa memberikan porsi biasa yang mudah ditebak berkat sajian yang mengharuskan kita untuk menebak apa yang akhirnya akan terjadi pada mereka berdua. Dua puluh menit terakhir saya nilai sebagai sebuah roms-twist. Memang sih penjabaran hubungan antar relasi para karakter disini tidak terlalu saya suka, dimana kompleksitas kehidupan dalam diri Emma. Ya mungkin hal itu bukanlah hal penting ya, hmmm penilaian saya saja hehehe.

Saya suka atmosfir film yang diwarnai iringan musik manis yang disatukan dengan memorabilia atau bisa dibilang kaledoiskop masa kecil Will-Emma. Apa yang ditunjukkan Tom Sturridge disini lumayan bagus, bagaimana ia mengekspresikkan sisi jiwanya yang resah dengan mimik atau bahkan gerak-gerik tubuh yang unik dan mengundang perhatian. Sturridge memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghidupkan film ini berkat fleksibilitas yang dimilikinya yang pada akhirnya memberikan kesan mendalam terhadap karakter berikut juga filmnya sendiri. Rachel Bilson sendiri cukup dinilai entertaining dalam memerankan karakternya, walaupun tidak se-emosional apa yang diwujudkan dalam diri Will . Waiting for Forever seakan memberikan kita 'mata ketiga' untuk memandang lebih dalam tentang sebuah perbedaan antar dua hal yang memiliki perspektif dan arah pemikiran yang berbeda, yang keduanya tidak akan bisa menyatu kalau tidak adanya realisasi sempurna misalnya pengertian antar kedua pihak.

Talking point...
Diluar miskinnya ide naskah beserta premis cerita, saya tetap enjoy nonton Waiting for Forever berkat jalan cerita yang manis di sepanjang durasi 95 menit dalam film, dengan jalan cerita menghibur yang agak unpredictable tdk seperti kebanyakan roms. Waiting for Forever sepenuhnya menggambarkan apa itu dan seluk beluk dari sebuah imajinasi.

Rate :
2.5 out of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar